Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai
tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan
oleh bahan makanan yang lain.
Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi
dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan
yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan
energi.
Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan
oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan
beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung
berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu
dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain:
kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.
·
Mendeskripsikan
budidaya padi sawah
·
Menghitung
penerimaan dan pendapatan serta R/C ratio
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25
spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika,
Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua
benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan
jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund
berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini
merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di
Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan
sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan
cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh
dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan
didaerah sub tropika.
Klasifikasi
Tanaman Padi
·
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
·
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
·
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
·
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
·
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
·
Sub
Kelas : Commelinidae
·
Ordo
: Poales
·
Famili
: (suku rumput-rumputan)
·
Spesies
: Oryza sativa L.
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal,
yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses
pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama
harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang
sering kali menurunkan produksi.
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi.
Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab
benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena
itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
Penggunaan benih
·
Benih
unggul
·
Bersertifikat
·
Kebutuhan
benih 25 -30 kg / ha
Persiapan lahan untuk persemaian
·
Tanah
harus subur
·
Cahaya
matahari
·
Pengairan
·
Pengawasan
Pengolahan tanah calon persemaian
·
Persemaian
kering
·
Persemaian
basah
·
Persemaian
sistem dapog
·
Persemaian
Kering
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah,
banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus
dilakukan dengan baik yaitu :
·
Tanah
dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar
tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
·
Tanah
dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada persemaian
basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat
menyerap hara lebih banyak.
·
Selanjutnya
tanah digaru
Areal persemaian yang
tanahnya sempit dapat
dikerjakan dengan cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini
bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.
Ukuran
bedengan persemaian :
·
Panjang
bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan
agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang
·
Lebar
bedengan 100 -150 cm
·
Tinggi
bedengan 20 -30 cm
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan
ukuran lebar 30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
·
Penaburan
benih dan pencabutan bibit
·
Pemeliharaan
bibit dipersemaian meliputi :
·
Penyiangan
·
Pengairan
·
Pemupukan
·
Pemberantasan
hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan
ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian
basah.
Persemaian
Basah
Perbedaan antara
persemaian kering dan basah
terletak pada penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan
tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air :
·
Air
akan melunakan tanah
·
Air
dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
·
Air
dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi
lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2
kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang
terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian
yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.
Sistem
Dapog
Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem
dapog, sistem tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa
Pendowoharjo, Sewon.
Cara
penyemaian dengan sistem dapog :
·
Persiapan
persemaian seperti pada persemaian basah
·
Petak
yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang
·
Kemudian
benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan benih dapat menyerap
makanan dari putik lembaga
·
Setiap
hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah
·
Air
dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4
·
Pada
umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian yang baru atau
tempat penanaman disawah
Penaburan
benih
Perlakuan
sebagai upaya persiapan
Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :
Seleksi
terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang agar terjadi proses tisiologis. Proses tisiologis berarti terjadinya
perubahan didalam benih yang akhimya benih cepat berkecambah.
Terserap atau masuknya air kedalam benih akan mempercepat
proses tisiologis
Lama
perendaman benih
direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam
(sebelumnya ditiriskan atau dietus)
Lamanya
pemeraman
Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut
benih berkecambah.
Pelaksanaan
menebar benih
Hal- hal yang hams diperhatikan dalam menebar benih adalah :
·
Benih
telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm
·
Benih
tersebar rata
·
Kerapatan
benih harus sama
Pemeliharaan
persemaian
Pengairan
Pada
pesemaian secara kering
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara
mengalirkan air keselokan yang
berada diantara bedengan, agar
terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun
dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air
berperan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu /
rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor
yang
memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada
pesemaian yang dilakukan secara basah.
Pada
pesemaian basah
Pengairan
pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·
Bedengan
digenangi air selama 24 jam
·
Setelah
genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang hingga keadakan
macak-macak (nyemek-nyemek), kemudian benih mulai bisa disebar
Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi
macak- macak ini, dimaksudkan agar benih yang disebar dapat merata dan mudah
melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.
·
Benih
tidak busuk akibat genagan air
·
Memudahkan
benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses
perkecambahan lebih cepat
·
Benih
mendapat sinar matahari secara langsung
Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus
diatur sesuai dengan keadaan, misalnya: bila akan terjadi hujan maka bedengan
perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi
pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk
memudahkan pencabutan.
Pemupukan
dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah
besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea,
TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat
pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang
benih disebar.
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian
dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang
dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
ü Pembersihan
ü Pencangkulan
ü Pembajakan
ü Penggaruan
Dalam penanaman bibit padi, harus
diperhatikan sebelumnya adalah :
ü Persiapan lahan
ü Umur bibit
ü Tahap penanaman
Meliputi :
ü Penyulaman dan penyiangan
ü Pengairan
ü Pemupukan
Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan
diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang
mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha,
pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan
kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga
kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas
merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi
berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi, 1990).
Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi
dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah
tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan
biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh
dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan
diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara
pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per
bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah
pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani
seperti berdagang, mengojek, dll.
Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi
menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan
yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat
diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai
dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2)
pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun
dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya
produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan
yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan
adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan
pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana
produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi,
2001). Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi,
penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya
produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut
(Mubyarto, 1989).
Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pendapatan usahatani:
·
Luas
usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas
tanaman rata-rata,
·
Tingkat
produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman,
·
Pilihan
dan kombinasi,
·
Intensitas
perusahaan pertanaman,
·
Efisiensi
tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua
pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan
menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap
adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang
akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat
ditulis sebagai berikut :
π = Y. Py – Σ Xi.Pxi -
BTT
Keterangan :
π = Pendapatan
(Rp)
Y = Hasil
produksi (Kg)
Py = Harga
hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor
produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi = Harga
faktor produksi ke-i (Rp)
BTT = Biaya
tetap total (Rp)
Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara
ekonomi
dapat
dianalisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara
penerimaan
dengan biaya (Revenue Cost Ratio).
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
R/C = PT / BT
Keterangan:
R/C
= Nisbah penerimaan dan biaya
PT =
Penerimaan Total (Rp)
BT =
Biaya Total (Rp)
Adapun
kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
ü Jika R/C > 1, maka usahatani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
ü Jika R/C < 1, maka usahatani
mengalami kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya.
ü Jika R/C = 1, maka usahatani
mengalami impas karena penerimaan sama dengan biaya.
Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk
melihat kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa
aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan
petani. Besarnya pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan
dan lapangan kerja.
Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung
dari pendapatan di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor
pertanian dan non pertanian di pedesaan menjadi sangat kental (Soekartawi,
1994). Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan
beberapa orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang
paling bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota
keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi
tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan.
Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang
penting untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya
pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi
berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan
tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani.
Hernanto (1994), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah,
air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah
tenaga kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal,
yaitu tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi,
fasilitas kredit, dan penyuluhan.
Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah
tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat
kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Semakin besar
pendapatan keluarga petani cenderung lebih berani menanggung
resiko. Pendapatan besar mencerminkan tersedianya dana yang cukup
untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang rendah menyebabkan menurunnya
investasi dan upaya pemupukan modal.
Menurut Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan:
ü Pendapatan Kerja Petani
ü Pendapatan ini diperoleh dengan
menghitung semua penerimaan dan kenaikan investasi yang kemudian dikurangi
dengan pengeluaran baik tunai maupun bunga modal dan investasi nilai kerja
keluarga.
ü Penghasilan Kerja Petani
ü Pendapatan ini diperoleh dari
selisih total penerimaan usahatani setelah dikurangi dengan bunga modal.
ü Pendapatan Kerja Keluarga
Pendapatan yang diperoleh dari balas
jasa dan kerja serta pengelolaan yang dilakukan petani dan anggotanya yang
bertujuan untuk menambah penghasilan rumah tangga.
ü Pendapatan Keluarga
Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari
sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan
pokoknya.
Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua
sektor, yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari
sektor pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani,
ternak, buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber
pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri
rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh
subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).
Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang
digunakan untuk tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga
yang diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja
dirumah tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan
keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga
seperti istri dan anak-anak adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan baik
dalam pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.
Menurut Hernanto (1994), pendapatan petani dialokasikan
untuk kegiatan:
ü Kegiatan produktif, yaitu untuk
membiayai kegiatan usahataninya,
ü Kegiatan konsumtif, yaitu untuk
pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan pajak,
ü Pemeliharaan investasi, dan
ü Investasi dan tabungan.
Praktikum lapangan Manajemen Usahatani tanaman padi
ini dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Januari 2016 pukul 10.00 sampai selesai. Praktikum ini
dilakukan di Kecamatan
Rasau Jaya , Kalimantan Barat.
Petani yang di wawancari bernama Bapak Yustinus Tugiran
berumur 62 tahun, bapak Tugiran memiliki riwayat pendidikan terakhir di
Institut Pertanian Bogor D1, mempunyai pengalaman bertani sejak tahun 1995,
rumah dan lahan yang di kelola di Rasau Jaya I.
Luas lahan yang ditanami oleh Bapak Tugiran seluas 1/5 ha,
jumlah tanggungan Bapak Tugiran adalah 7 orang, yakni 1 istri dan 6 orang anak.
Bapak Tugiran menanam padi varietas Lais, asal benih dari
Dinas Pertanian setempat, dan bapak Tugiran tidak memiliki tanaman sampingan.
Metoda yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam praktikum ini adalah metoda wawancara langsung
ke petani responden yang bersangkutan dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan
yang telah tertera di kusioner yang sebelumnya telah disiapkan.
Nama :
Bapak Yustinus Tugiran
Umur : 62 Tahun
Pendidikan Terakhir : D1
Institut Pertanian Bogor
Pekerjaan Utama : BERTANI
Pekerjaan Sampingan : -
Alamat : Rasau Jaya I Kecamatan Rasau Jaya
Komoditi : Padi
Usahatani : Satu Cabang
Tanah diolah secara tradisional, karena
pengolahannya dilakukan tanpa bantuan mesin bajak, melainkan masih menggunakan cangkul, dan tidak menggunakan
tenaga kerja upahan
atau dengan kata lain dilakukan sendiri. Hal ini
bertujuan juga untuk menghemat tenaga kerja. Selain itu dengan pembajakan ini diharapkan
gumpalan–gumpalan tanah terpecah menjadi kecil–kecil. Gumpalan tanah tersebut
kemudian dihancurkan dengan cangkul sehingga menjadi lumpur halus yang
rata.Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat
merata.
Pengolahan lahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik
tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu
gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik,
lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. (anonima:2008).
Persemaian
dilakukan sendiri
oleh petani responden tanpa mengguanakan bantuan tenaga kerja. Penyemaian
dilakukan 1-2 hari setelah dibajak.Luas lahan penyemaian hanya satu petak
sawah.Persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan
sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap
dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila
lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama
menunggu akan mati (Anonima, 2008). Dalam hal ini petani melakukan
penyemaian dengan tenaga kerja dalam keluarga selama 2 hari oleh 1 orang.
Hal ini juga bertujuan untuk menghemat tenaga kerja
Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 20 hari
penyemaian oleh 1
orang tenaga
kerja dalam keluarga dengan kata lain seorang diri. 20
Kg benih untuk ½ Ha. Jarak tanam padi 20 x 20 cm.
Bibit ditanam dengan cara dipindah
dari bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut dari
bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak
rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air.
Pengairan yang dilakukan berupa saluran
irigasi. Dimana sumber airnya di diperoleh dari air sungai yang dialirkan ke
beberapa area persawahan disekitar Kubu Dalam, termasuk sawah petani
responden tersebut.Pengairan dibagi berdasarkan beberapa saluran-saluran ke
masing-masing petakan sawah.
Pemupukan dilakukan 2 tahap.yaitu 15
hari setelah dibajak dan 15 hari setelah tanam, dengan perbandingan pupuk 1:1. Tahap
petama Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea sebanyak 100kgdibeli dengan
harga Rp 200.000/100kg, dan pupuk NPK 24100kg dengan hargaharga Rp 240.000/100kg. Pemupukan ini
dilakukan sendiri
oleh petani responden. Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
tanaman padi agar dapat tumbuh dengan baik.
Penyiangan yang dilakukan berupa
pemeliharaan dari gulma atau vegetasi-vegetasi yang mengganggu pertumbuhan
tanaman padi dengan cara dibersihkan langsung dengan cara mekanis yakni
dicabut.
Hama yamg menggangu tanaman padi
petani responden adalah hama wereng. Pengendalian dilakukan dengan cara memnyemprot dengan
pestisida Penyemprotan mengeluarkan dana sebesar Rp. 75.000 untuk ½ Ha.
Padi sudah bisa dipanen pada umur 3
½ bulan dari masa tanam.Ciri-ciri tanaman yang sudah layak untuk dipanen adalah
padi sudah menguning secara keseluruham, sudah berisi dan merunduk.Pemanenan
masih dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sabit biasa.
Padi yang sudah dipanen kemudian dipasarkan seluruhnya. Satu
kali panen untuk lahan 0.5 Ha Bapak Tugiran menghasilkan 700 kg padi untuk
dijual. Padi dipasarkan melalui tengkulak.Pada masa panen biasanya banyak
tengkulak yang datang ke lahan langsung untuk mengambil hasil panen.
Faktor produksi Tenaga Kerja
Tenaga
kerja yang digunakan oleh petani responden adalah tenaga kerja luar keluarga
(TKLK) yang dibayar dengan tarif tertentu untuk membajak tanah (mengolah
tanah), penanaman dan pemanenan.
Faktor produksi Modal
Adapun
modal yang digunakan petani selama berusahatani adalah modal sendiri. Sarana
produksi seperti bibi, pupuk, dan pestisida dibeli oleh petani. Hand tractor
disewa petani sekaligus dengan tenaga kerjanya.
Faktor
produksi Manajemen
Dari aspek manajemen, disini petani
responden merangkap menjadi petani penyakap dan manajer sekaligus. Beberapa
kegiatan budidaya dilakukan sendiri oleh petani, yakni penyemaian, pemupukan
dan penyiangan. Sedangkan aktivitas petani sebagai mananjer adalah petani
responden langsung lah yang menentukan apa yang akan diproduksi, bagaimana cara
memanfaatkan lahan semaksimal mungkin, menentukan apa saja dan berapa input
yang dibutuhkan selama dalam berusahatani, membayar upah tenaga kerja, dan
menetukan pemasaran hasil.
Tabel Komponen Biaya Pada Usahatani
Padi per 0.5 Hektar di Kecamatan Rasau Jaya I.
KOMPONEN BIAYA
|
||||
No
|
Uraian
|
Volume
(Kg) |
Satuan/biaya
(Rp/Kg) |
Nilai
(Rp) |
1
|
Faktor Produksi
a. Benih
b. Urea
c. NPK
d. Insektisida
e. Pupuk Kandang
|
20
100 100 l/2 50 sak |
7.000
2.000 2.400 150.000 15.000/sak |
140.000
200.000 240.000 75.000 750.000 |
|
Jumlah
|
|
|
1.405.000
|
2
|
Penggunaan TKDK
|
HOK
(L/P) |
Satuan Biaya
(Rp/HOK) |
Nilai
(Rp) |
|
a. Persemaian
b. Pengolahan Lahan
c. Penanaman
d. Penyulaman
e. Penyiangan
f. Pemupukan
g. Panen
|
1
2 1 2 3 1 3 |
70.000
70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 |
70.000
140.000 70.000 140.000 210.000 70.000 210.000 |
|
Jumlah
|
|
|
910.000
|
|
Total
biaya (1+2)
|
|
|
2.315.000
|
KOMPONEN PENERIMAAN, BIAYA DAN
PENDAPATAN
|
||||
No.
|
Uraian
|
Volume
(Kg) |
Satuan/biaya
(Rp/Kg) |
Nilai
(Rp) |
1
|
Penerimaan
|
700
(Volume) |
4000
(Harga) |
2.800.000
(Penerimaan) |
2
|
Total Biaya
|
|
|
2.315.000
|
3
|
Pendapatan
|
Total
Penerimaan – Total Biaya
|
485.000
|
|
4
|
R/C ratio
|
Penerimaan
/ Biaya
|
1,209
|
Penerimaan =
Total Produksi x Harga
= 700 Kg x Rp.4000
= Rp. 2.800.000
= Rp. 2.800.000
Pendapatan = total penerimaan – total biaya
dibayarkan
= Rp. 2.800.000 – Rp. 2.315.000 = Rp
485.000
Dari
analis biaya di atas, dapat diketahui bahwasanya usahatani Bapak Tugiran mendapatkan
untung, karena Penerimaan > total biaya = Untung.
Kriteria
|
Nilai
|
Penerimaan > biaya
|
Untung
|
Penerimaan = biaya
|
Pulang pokok
|
Penerimaan < biaya
|
Rugi
|
Analisis
R/C = Penerimaan/
Biaya
= Rp 2.800.000 / Rp. 2.315.000
= 1,209
Tabel 3 Kriteria R/C
Kriteria R/C
|
Nilai
|
> 1
|
Layak
|
= 1
|
Impas
|
<1
|
Tidak Layak
|
Dari
analisa imbangan penerimaan dan biaya (cost and return ratio), usahatani Bapak Tugiran memberikan keuntungan, karena R/C
> 1 = Layak
Teknik budidaya padi sawahyang dilakukan
oleh petani responden telah sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dipengaruhi
oleh pengetahuan petani yang tamat D1 dan pengalaman berusahatani juga
sudah lebih dari
50 tahun. Sesuai teori, Bertambah tinggi pendidikan petani
maka akan bertambah cepat majunya usahataninya, dimana semakin tinggi
pendidikan maka akan semakin mudah menerima dan mencari dan mempelajari
pembaruan dan teknologi yang lebih baik sehingga usahatani akan lebih cepat
berkembang. Dan juga maka tinggi pengalaman berusahatani maka akan lebih cepat
majunya petani tersebut.
Analisis usahatani padimenunjukkan bahwa pendapatan dan
keuntungan yang didapat jugabesar. Hal ini dapat dilihat dari
analisis R/C yang
bernilai 1,789 yang menyatakan
bahwa usahatani padi yang dilakukan oleh petani tersebut Layak. Karena
batas R/C dikatakan layak adalah >1.
Semoga laporan praktikum yang dibuat ini dapat bermanfaat
bagi pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk pembaca. Diharapkan laporan
praktikum ini yang merupakan salah satu tugas dalam kuliah Ilmu Usahatani nantinya dapat diberikan
masukan ataupun kritik dari dosen pembimbing.
Dikarenakan laporan praktikum ini mengenai petani responden di Kecamatan Rasau Jaya I, maka usahatani padi cocok untuk diterapkan dan
dilanjutkan karena dari analisis yang dilakukan, usahatani padi ini dapat
memberi pendapatan dan keuntungan yang besar bagi petani.
Atman (2007)
EKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU BATANG PIAMAN. Jurnal
Ilmiah Tambua, VI, 58.
Edward Saleh, A. F.
N., Lismaria Butarbuta (2012) BUDIDAYA PAD1 Dl DALAM POLIBEG DENGAN IRlGASl
BERTEKANAN UNTLIK ANTISIPASI PESATNYA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH Jurnal
Teknotan, 6, 692.
Mariati., Y. L. A.
d. R. (2010) PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza sativa L.) SAWAH
SISTEM TANAM PINDAH DAN TANAM BENIH LANGSUNG DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN
ANGGANA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. EPP, 7.
Wayan Wangiyana, Z.
L., Sanisah (2009) PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VAR. CIHERANG DENGAN
TEKNIK BUDIDAYA “SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)” PADA BERBAGAI UMUR DAN
JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM. Crop Agro, 2, 70.
Dokumentasi
Persawahan
di Kecamatan Rasau Jaya I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar