Jumat, 23 September 2016

HASIL WAWANCAR DAN KUISIONER OLEH GUIDO WARIGAN KEPADA SEORANG PETANI DI RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KALBAR


A. LATAR BELAKANG                                               
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.
Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.
Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.

·         Mendeskripsikan budidaya padi sawah
·         Menghitung penerimaan dan pendapatan serta R/C ratio





A. BUDIDAYA TANAMAN PADI                 
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.     Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim  ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.

Klasifikasi Tanaman Padi
·         Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
·         Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)  
·         Super Divisi   : Spermatophyta (Menghasilkan biji)  
·         Divisi              : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)  
·         Kelas              : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
·         Sub Kelas        : Commelinidae
·         Ordo                : Poales
·         Famili              : (suku rumput-rumputan)
·         Spesies            : Oryza sativa L.

Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi.
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
  
Penggunaan benih
·         Benih unggul
·         Bersertifikat
·         Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha

Persiapan lahan untuk persemaian
·         Tanah harus subur
·         Cahaya matahari
·         Pengairan
·         Pengawasan

Pengolahan tanah calon persemaian
·         Persemaian kering
·         Persemaian basah
·         Persemaian sistem dapog
·         Persemaian Kering

Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan dengan baik yaitu :
·         Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
·         Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.
·         Selanjutnya tanah digaru

Areal  persemaian  yang   tanahnya   sempit   dapat   dikerjakan   dengan cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.

Ukuran bedengan persemaian :
·         Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang
·         Lebar bedengan 100 -150 cm
·         Tinggi bedengan  20 -30 cm

Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
·         Penaburan benih dan pencabutan bibit
·         Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
·         Penyiangan
·         Pengairan
·         Pemupukan
·         Pemberantasan hama dan penyakit

Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah.

Persemaian Basah
Perbedaan   antara   persemaian   kering   dan   basah   terletak   pada penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air :
·         Air akan melunakan tanah
·         Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
·         Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.

Sistem Dapog
Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem dapog, sistem tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa Pendowoharjo, Sewon.
Cara penyemaian dengan sistem dapog :
·         Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah
·         Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang
·         Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan benih dapat menyerap makanan dari putik lembaga
·         Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah
·         Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4
·         Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian yang baru atau tempat penanaman disawah

Penaburan benih
Perlakuan sebagai upaya persiapan
Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :
Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang agar terjadi proses tisiologis. Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang akhimya  benih  cepat  berkecambah.  Terserap  atau  masuknya  air kedalam benih akan mempercepat proses tisiologis

Lama perendaman benih
direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam (sebelumnya ditiriskan atau dietus)

Lamanya pemeraman
Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih berkecambah.

Pelaksanaan menebar benih
Hal- hal yang hams diperhatikan dalam menebar benih adalah :
·         Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm
·         Benih tersebar rata
·         Kerapatan benih harus sama

Pemeliharaan persemaian
Pengairan
Pada pesemaian secara kering
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air   keselokan   yang   berada   diantara   bedengan,   agar   terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor
yang memperngaruhi  perkembangan  semai,  terutama  pada pesemaian yang dilakukan secara basah.

Pada pesemaian basah
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·         Bedengan digenangi air selama 24 jam
·         Setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang hingga keadakan macak-macak (nyemek-nyemek), kemudian benih mulai bisa disebar

Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macak- macak ini, dimaksudkan agar benih yang disebar dapat merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.
·         Benih tidak busuk akibat genagan air
·         Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat
·         Benih mendapat sinar matahari secara langsung

Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai dengan keadaan, misalnya: bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk memudahkan pencabutan.

Pemupukan dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih disebar.

Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
ü  Pembersihan
ü  Pencangkulan
ü  Pembajakan
ü  Penggaruan

Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :
ü  Persiapan lahan
ü  Umur bibit 
ü  Tahap penanaman
Meliputi :
ü  Penyulaman dan penyiangan
ü  Pengairan
ü  Pemupukan

B  KONSEP PENERIMAAN DAN PENDAPATAN
Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.  Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi.  Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi, 1990).
Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga.  Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total.  Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani.  Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam.  Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll.

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi.  Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut.  Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).  Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).
Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani:
·         Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman  rata-rata,
·         Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks  pertanaman,
·         Pilihan dan kombinasi,
·         Intensitas perusahaan pertanaman,
·         Efisiensi tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.  Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut :
π   =  Y. Py – Σ Xi.Pxi - BTT
Keterangan :
π                =  Pendapatan (Rp)
Y               =  Hasil produksi (Kg)
Py              =  Harga hasil produksi (Rp)
Xi              =  Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi             =  Harga faktor produksi ke-i (Rp)
BTT           =  Biaya tetap total (Rp)
Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi
dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara
penerimaan dengan biaya (Revenue Cost Ratio).
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
R/C  =  PT / BT
      Keterangan:
      R/C = Nisbah penerimaan dan biaya
      PT = Penerimaan Total (Rp)
      BT = Biaya Total (Rp)

            Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
ü  Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena  penerimaan lebih besar dari biaya.
ü  Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan  lebih kecil dari biaya.
ü  Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan sama dengan biaya.
                                        
Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani.  Besarnya pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja.
Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari pendapatan di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor pertanian dan non pertanian di pedesaan menjadi sangat kental (Soekartawi, 1994). Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang anggotanya.  Kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan.
Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga.  Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan.  Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani.
Hernanto (1994), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah, air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga kerja.  Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal, yaitu tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan.
Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.  Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani.  Semakin besar pendapatan keluarga petani cenderung lebih berani menanggung resiko.  Pendapatan besar mencerminkan tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal. 
Menurut Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan:
ü  Pendapatan Kerja Petani
ü  Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga.
ü  Penghasilan Kerja Petani
ü  Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani setelah dikurangi dengan bunga modal.
ü  Pendapatan Kerja Keluarga
Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan yang dilakukan petani dan anggotanya yang bertujuan untuk menambah penghasilan rumah tangga.
ü  Pendapatan Keluarga
Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan pokoknya.

Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil.  Sumber pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).
Menurut Soeratno (1996),  ukuran pendapatan yang digunakan untuk tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari bekerja.  Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya.  Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.
Menurut Hernanto (1994), pendapatan petani dialokasikan untuk kegiatan:
ü  Kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan usahataninya,
ü  Kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan pajak,
ü  Pemeliharaan investasi, dan
ü  Investasi dan tabungan.


























Praktikum lapangan Manajemen Usahatani tanaman padi ini dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Januari 2016 pukul 10.00 sampai selesai. Praktikum ini dilakukan di Kecamatan Rasau Jaya , Kalimantan Barat.

Petani yang di wawancari bernama Bapak Yustinus Tugiran berumur 62 tahun, bapak Tugiran memiliki riwayat pendidikan terakhir di Institut Pertanian Bogor D1, mempunyai pengalaman bertani sejak tahun 1995, rumah dan lahan yang di kelola di Rasau Jaya I.
Luas lahan yang ditanami oleh Bapak Tugiran seluas 1/5 ha, jumlah tanggungan Bapak Tugiran adalah 7 orang, yakni 1 istri dan 6 orang anak.
Bapak Tugiran menanam padi varietas Lais, asal benih dari Dinas Pertanian setempat, dan bapak Tugiran tidak memiliki tanaman sampingan.

Metoda yang digunakan untuk pengumpulan data dalam praktikum ini adalah metoda wawancara langsung ke petani responden yang bersangkutan dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang telah tertera di kusioner yang sebelumnya telah disiapkan.



Nama                           : Bapak Yustinus Tugiran
Umur                           :  62 Tahun
Jenis Kelamin              :Laki-laki
Pendidikan Terakhir    :  D1 Institut Pertanian Bogor
Pekerjaan  Utama        : BERTANI
Pekerjaan Sampingan  :  -
Alamat                                    :  Rasau Jaya I Kecamatan Rasau Jaya
Komoditi                     : Padi
Usahatani                    : Satu Cabang

Tanah diolah secara tradisional, karena pengolahannya dilakukan tanpa bantuan mesin bajak, melainkan masih menggunakan cangkul, dan tidak menggunakan tenaga kerja upahan atau dengan kata lain dilakukan sendiri. Hal ini bertujuan juga untuk menghemat tenaga kerja. Selain itu dengan pembajakan ini diharapkan gumpalan–gumpalan tanah terpecah menjadi kecil–kecil. Gumpalan tanah tersebut kemudian dihancurkan dengan cangkul sehingga menjadi lumpur halus yang rata.Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata.
Pengolahan lahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. (anonima:2008).
Persemaian dilakukan sendiri oleh petani responden tanpa mengguanakan bantuan tenaga kerja. Penyemaian dilakukan 1-2 hari setelah dibajak.Luas lahan penyemaian hanya satu petak sawah.Persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati (Anonima, 2008). Dalam hal ini petani melakukan penyemaian dengan tenaga kerja dalam keluarga selama 2 hari oleh 1 orang. Hal ini juga bertujuan untuk menghemat tenaga kerja
Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 20 hari penyemaian oleh 1 orang tenaga kerja dalam keluarga dengan kata lain seorang diri. 20 Kg benih untuk ½ Ha. Jarak tanam padi 20 x 20 cm.
Bibit ditanam dengan cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air.
Pengairan yang dilakukan berupa saluran irigasi. Dimana sumber airnya di diperoleh dari air sungai yang dialirkan ke beberapa area persawahan disekitar Kubu  Dalam, termasuk sawah petani responden tersebut.Pengairan dibagi berdasarkan beberapa saluran-saluran ke masing-masing petakan sawah.
Pemupukan dilakukan 2 tahap.yaitu 15 hari setelah dibajak dan 15 hari setelah tanam, dengan perbandingan pupuk 1:1.  Tahap petama Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea sebanyak 100kgdibeli dengan harga Rp 200.000/100kg, dan pupuk NPK 24100kg dengan hargaharga Rp 240.000/100kgPemupukan ini dilakukan sendiri oleh petani responden. Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman padi agar dapat tumbuh dengan baik.
Penyiangan yang dilakukan berupa pemeliharaan dari gulma atau vegetasi-vegetasi yang mengganggu pertumbuhan tanaman padi dengan cara dibersihkan langsung dengan cara mekanis yakni dicabut.
Hama yamg menggangu tanaman padi petani responden adalah hama wereng. Pengendalian dilakukan dengan cara memnyemprot dengan pestisida Penyemprotan mengeluarkan dana sebesar Rp. 75.000 untuk ½ Ha.
Padi sudah bisa dipanen pada umur 3 ½ bulan dari masa tanam.Ciri-ciri tanaman yang sudah layak untuk dipanen adalah padi sudah menguning secara keseluruham, sudah berisi dan merunduk.Pemanenan masih dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sabit biasa.
Padi yang sudah dipanen kemudian dipasarkan seluruhnya. Satu kali panen untuk lahan 0.5 Ha Bapak Tugiran menghasilkan 700 kg padi untuk dijual. Padi dipasarkan melalui tengkulak.Pada masa panen biasanya banyak tengkulak yang datang ke lahan langsung untuk mengambil hasil panen.


Faktor produksi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan oleh petani responden adalah tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang dibayar dengan tarif tertentu untuk membajak tanah (mengolah tanah), penanaman dan pemanenan.
Faktor produksi Modal
Adapun modal yang digunakan petani selama berusahatani adalah modal sendiri. Sarana produksi seperti bibi, pupuk, dan pestisida dibeli oleh petani. Hand tractor disewa petani sekaligus dengan tenaga kerjanya.
Faktor produksi Manajemen
Dari aspek manajemen, disini petani responden merangkap menjadi petani penyakap dan manajer sekaligus. Beberapa kegiatan budidaya dilakukan sendiri oleh petani, yakni penyemaian, pemupukan dan penyiangan. Sedangkan aktivitas petani sebagai mananjer adalah petani responden langsung lah yang menentukan apa yang akan diproduksi, bagaimana cara memanfaatkan lahan semaksimal mungkin, menentukan apa saja dan berapa input yang dibutuhkan selama dalam berusahatani, membayar upah tenaga kerja, dan menetukan pemasaran hasil.


Tabel  Komponen Biaya Pada Usahatani Padi per  0.5  Hektar di Kecamatan Rasau Jaya I.
KOMPONEN BIAYA
No
Uraian
Volume
(Kg)
Satuan/biaya
(Rp/Kg)
Nilai
(Rp)
1
Faktor Produksi
a.       Benih
b.      Urea
c.       NPK
d.      Insektisida
e.       Pupuk Kandang

20
100
100
l/2
50 sak

7.000
2.000
2.400
150.000
15.000/sak

140.000
200.000
240.000
75.000
750.000

Jumlah


1.405.000
2
Penggunaan TKDK
HOK
(L/P)
Satuan Biaya
(Rp/HOK)
Nilai
(Rp)

a.       Persemaian
b.      Pengolahan Lahan
c.       Penanaman
d.      Penyulaman
e.       Penyiangan
f.       Pemupukan
g.      Panen
1
2
1
2
3
1
3
70.000
70.000
70.000
70.000
70.000
70.000
70.000
70.000
140.000
70.000
140.000
210.000
70.000
210.000

Jumlah


910.000

Total biaya (1+2)


2.315.000

KOMPONEN PENERIMAAN, BIAYA DAN PENDAPATAN
No.
Uraian
Volume
(Kg)
Satuan/biaya
(Rp/Kg)
Nilai
(Rp)
1
Penerimaan
700
(Volume)
4000
(Harga)
2.800.000
(Penerimaan)
2
Total Biaya


2.315.000
3
Pendapatan
Total Penerimaan – Total Biaya
485.000
4
R/C ratio
Penerimaan / Biaya
1,209

            Penerimaan     = Total Produksi x Harga
= 700 Kg x Rp.4000
            = Rp. 2.800.000

*      Pendapatan                 = total penerimaan – total biaya dibayarkan
= Rp. 2.800.000 – Rp. 2.315.000 = Rp 485.000
*       
*   Dari analis biaya di atas, dapat diketahui bahwasanya usahatani Bapak Tugiran mendapatkan untung, karena Penerimaan > total biaya = Untung.
*                  Tabel 2 Kriteria
Kriteria
Nilai
Penerimaan > biaya
Untung
Penerimaan = biaya
Pulang pokok
Penerimaan < biaya
Rugi

Analisis R/C                =  Penerimaan/ Biaya
= Rp 2.800.000 / Rp. 2.315.000
                                                = 1,209

Tabel 3 Kriteria R/C
Kriteria R/C
Nilai
>  1
Layak
= 1
Impas
<1
Tidak Layak

Dari analisa imbangan penerimaan dan biaya (cost and return ratio), usahatani Bapak Tugiran memberikan keuntungan, karena R/C > 1 = Layak





Teknik budidaya padi sawahyang dilakukan oleh petani responden telah sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan petani yang tamat D1 dan pengalaman berusahatani juga sudah lebih dari 50 tahun. Sesuai teori, Bertambah tinggi pendidikan petani maka akan bertambah cepat majunya usahataninya, dimana semakin tinggi pendidikan maka akan semakin mudah menerima dan mencari dan mempelajari pembaruan dan teknologi yang lebih baik sehingga usahatani akan lebih cepat berkembang. Dan juga maka tinggi pengalaman berusahatani maka akan lebih cepat majunya petani tersebut.
Analisis usahatani padimenunjukkan bahwa pendapatan dan keuntungan yang didapat jugabesar. Hal ini dapat dilihat dari analisis R/C yang bernilai 1,789 yang menyatakan bahwa usahatani padi yang dilakukan oleh petani tersebut Layak. Karena batas R/C dikatakan layak adalah >1.

Semoga laporan praktikum yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk pembaca. Diharapkan laporan praktikum ini yang merupakan salah satu tugas dalam kuliah Ilmu Usahatani nantinya dapat diberikan masukan ataupun kritik dari dosen pembimbing.
Dikarenakan laporan praktikum ini mengenai petani responden di Kecamatan Rasau Jaya I, maka usahatani padi cocok untuk diterapkan dan dilanjutkan karena dari analisis yang dilakukan, usahatani padi ini dapat memberi pendapatan dan keuntungan yang besar bagi petani.



















Dokumentasi
Persawahan di Kecamatan Rasau Jaya I



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar