Selasa, 20 September 2016

Manfaat gulma Thitonia dan Cromolaena untuk menetral tanah bekas pertambangan.

             Seperti yang kita ketahui bahwa gulma titonia dan cromolaena adalah gulma, namun dapat di manfaatkan sebaik pupuk organik. Chromolaena odorata merupakan gulma bagi pertanian karena pertumbuhannya yang cepat, sehingga mengganggu produksi tanaman pertanian dan dapat menutupi lahan pertanian. (Hartatik, 2007)
           Klasifikasi ilmiah dari Chromolaena odorata Kingdom plantae, Diviso Magnoliohyt, Kelas Magnoliopsida,Sub Kelas sterales, Familia Asteraceae,Genus Chromolaena, Spesies Chromolaena odorata. Chromolaena odorata dikenal pula dengan nama tekelan maupun kirinyuh. Chromolaena odorata merupakan tumbuhan perdu berkayu tahunan. Gulma ini mempunyai ciri khas yakni daun berbentuk segitiga, mempunyai tiga tulang daun yang nyata terlihat dan bila diremas akan terasa bau yang khas, percabangan berhadapan, perbungaan majemuk yang dari jauh terlihat berwarna putih. Penyebaran meliputi 50 – 1000 m diatas permukaan laut. Dahulu disebut oleh R. M. King dan H. Robinson sebagai Eupatorium odoratum, termasuk dalam family Eupatorieae, sub family Lactucoideae yang didalamnya tidak terdapat spesies dan bahkan banyak diantaranya yang menjadi gulma penting seperti Mikani scandens (L), M. Micrata (scodent) dan Agerantum coyzoides (L).(Nagaraj, 1982)
 Chromolaena odorata adalah gulma semak berkayu, berbatang bulat tegak dengan ketinggian 2-3 m, tanpa duri dan bercabang banyak. Daunnya bercabang banyak, berhadapan, bentuk daun segitiga hingga bulat telur dengan ujung lancip, tepinya bergerigi, permukaan daun berbintik halus, panjang daun dewasa berkisar 6-16 cm dan lebar 3-17 cm. pembungaan mengelompok pada ketiak daun, warna bunga ungu terang sampai biru keputihan, panjang tangkai bunga 1-2 cm, berbentuk seperti cerobong asap. Buah berwarna hijau dengan diameter 1 mm. bijinya kecil berwarna coklat kehitaman, panjang 4-5 mm, lebar 0.25-0.45 mm, berbulu kasar dengan panjang bulu sekitar 5 mm. berkembang biak dengan biji/stek batang. (Nasution, et al 1986).
Kecepatan pertumbuhan bisa mencapai 20 mm/hari dengan sistem perakaran serabut dan tumbuh menyebar ke dalam tanah. Tumbuh pada ketinggian 1000 – 2800 m dpl, tetapi di Indonesia banyak ditemukan di dataran rendah (0–500 m dpl) seperti di perkebunan-perkebunan karet dan kelapa serta di padang padang penggembalaan. Chromolaena odorata merupakan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat luka tanpa menimbulkan bengkak, tumbuhan ini berfungsi juga sebagai bahan insektisida nabati, untuk mengendalikan beberapa jenis hama sayuran. (Prawiradiputra, et al. 2007)
Cromolaena odorata sangat berpotensi untuk dijadikan pupuk organik karena kandungan unsur hara dalam jaringan yang tinggi. Biomas cromolaena odorata memiliki kandungan hara N 2.65%, P 0.53 dan K 1.9% sehingga dapat di gunakan sumber bahan organik yang potensial untuk perbaikan kesuburan tanah (Candrasekar dan Gajanana 1998). Hasil kajian kandungan hara pada Cromolaena odorata pada batang kandungan adalah N 1.00 % ,P 0.23%, K 1.73% ,Ca 0.37%, Mg 0.18%,Na 0.01%, pada bagian daun  kandungannya adalah N5.89% ,P 0.74% K 3.13%, Ca 3.30 %, Mg 0.83% Na 0.01%. Dengan demikian pemanfaatan biomas gulma Cromolaena odorata sangat potensial untuk di kembangkan sebagai sumber pupuk organik dalam perbaikan sifat fisik dan kimia tanah.(Gajanana, 1998)
Salah satu penyebab berkurangnya lahan pertanian tanaman pangan adalah terjadinya konversi lahan dari lahan pertanian tanaman pangan menjadi lahan non pertanian khususnya lahan pertambangan emas cukup luas keberadaannya di Kalimantan Barat. Kegiatan penambangan emas memberikan dampak negatif dengan terbentuknya lahan kritis berupa tanah bekas tambang emas yang tidak dapat berfungsi dengan baik dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini terjadi karena pasca kegiatan penambangan, lahan menjadi lahan kritis karena hilangnya lapisan top soil, minimnya unsur hara dan banyak mengandung unsur unsur kation logam. Dalam upaya mengembalikan produktivitas lahan sehingga tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan maka lahan pasca pertambangan emas harus di remediasi untuk mengembalikan produktivitas tersebut. 
Thitonia diversifolia dan chromolaena odorata adalah species tumbuhan liar yang mempunyai kemampuan bioakumulator sehingga bisa digunakan sebagai fitoakumulator logam berat Pb,Ag,Cu,Hg, dan Zn karena tanaman ini mampu tumbuh pada lokasi yang tercemar. Tumbuhan ini juga mempunyai kemampuan menghasilkan biomas yang sangat tinggi dengan kandungan hara yang cukup tinggi. Untuk itu perlu diketahui manfaat dari menggunakan ke dua tumbuhan ini sebagai bioakumulator dan sumber bahan organik tanah untuk meningkatkan produktivitas lahan bekas tambang emas sehingga bisa digunakan sebagai lahan produksi untuk tanaman budidaya. (Chaney RL et al.1995)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar